NhatXu – OpenAI tengah bersiap mengubah lanskap interaksi manusia dengan kecerdasan buatan. CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengumumkan pembaruan kebijakan signifikan terhadap ChatGPT. Salah satu perubahan yang paling menyita perhatian publik adalah rencana perusahaan untuk mengizinkan pembuatan dan konsumsi konten dewasa, namun hanya bagi pengguna yang telah melewati proses verifikasi usia. Selain itu, personalisasi karakter dan cara respons ChatGPT juga akan ditingkatkan, menjadikannya lebih fleksibel dan mirip manusia dalam berkomunikasi.
“Baca Juga: iPhone 17 Pro Max Apple Alami Perubahan Warna, Diduga Oksidasi”
Verifikasi Usia Jadi Kunci Akses Konten Sensitif
Dalam pernyataan publiknya melalui media sosial X (sebelumnya Twitter), Sam Altman menyatakan bahwa sistem verifikasi usia akan diluncurkan secara penuh pada bulan Desember 2025. Dengan mekanisme ini, hanya pengguna dewasa yang terverifikasi yang dapat mengakses jenis konten sensitif, termasuk erotika. Pendekatan ini dirancang untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan perlindungan terhadap pengguna di bawah umur.
Langkah ini mengikuti prinsip baru yang diusung Altman, yakni “memperlakukan pengguna dewasa sebagai orang dewasa.” Pendekatan ini disebut sebagai respons terhadap permintaan pengguna yang menginginkan ruang eksplorasi kreatif yang lebih luas. Namun tetap dalam batas tanggung jawab hukum dan etika. OpenAI menekankan bahwa semua konten tetap akan tunduk pada aturan moderasi yang ketat dan transparan.
Personalisasi ChatGPT Semakin Mendalam dan Manusiawi
Selain kebijakan konten, OpenAI juga akan memperkenalkan fitur personalisasi kepribadian untuk ChatGPT. Pengguna nantinya bisa mengatur gaya bicara, nada, bahkan ekspresi ChatGPT sesuai preferensi pribadi mereka. AI ini akan mampu meniru berbagai gaya komunikasi, mulai dari formal hingga santai, serta bisa menggunakan emoji untuk memperkaya interaksi.
Altman menyebut bahwa fitur ini bertujuan membuat AI terasa lebih alami dan menyenangkan untuk diajak bicara. “Kami ingin ChatGPT bisa menjadi teman digital. Mentor, atau mitra diskusi yang responsif dan manusiawi,” ujar Altman dalam sesi tanya jawab publik di forum OpenAI.
Kebijakan Baru Picu Perdebatan Etika dan Regulasi
Pengumuman ini memunculkan reaksi beragam dari publik dan komunitas teknologi. Sebagian menyambut baik langkah OpenAI yang dinilai progresif dan membuka jalan baru bagi eksplorasi kreativitas digital. Namun, tak sedikit pula yang menyoroti potensi risiko etika dan sosial dari keterlibatan AI dalam produksi atau distribusi konten erotis.
Beberapa pakar privasi dan keamanan data memperingatkan agar OpenAI berhati-hati dalam mengelola data pengguna dewasa. Selain itu, sistem verifikasi usia yang dijanjikan harus cukup kuat agar tidak dapat disalahgunakan atau dilewati oleh pengguna yang belum cukup umur. “Langkah ini akan membutuhkan transparansi, audit berkala, dan keterlibatan pemangku kepentingan global,” kata Dr. Lina Wilton, peneliti etika AI dari Stanford University.
“Baca Juga: Sora AI Raih 627.000 Unduhan, Bukti Popularitas Video AI Meningkat”
Menuju Era Baru Interaksi Manusia dan AI
Langkah OpenAI ini menandai babak baru dalam hubungan manusia dan kecerdasan buatan. Dengan memungkinkan personalisasi karakter dan konten, ChatGPT diharapkan dapat memenuhi lebih banyak kebutuhan pengguna—baik untuk hiburan, edukasi, hingga hubungan emosional. Namun, perubahan besar ini juga membuka pertanyaan tentang batas dan tanggung jawab yang harus dipegang oleh penyedia layanan AI.
Perkembangan ke depan akan sangat bergantung pada respons komunitas global dan bagaimana perusahaan teknologi menegakkan prinsip keamanan, transparansi, serta perlindungan privasi. Jika berhasil dijalankan dengan bijak, kebijakan baru ini berpotensi memperluas cakrawala kreativitas digital, sekaligus menegaskan posisi AI sebagai rekan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar alat bantu teknis.




Leave a Reply